Pemasaran progam TV

  A. Pengertian Televisi


Televisi merupakan perkembangan medium berikutnya setelah radio, yang ditemukan dengan karakternya yang spesifik yaitu audio visual. Peletak dasar utama teknologi pertelevisian adalah Paul Nipkow, warga negara Jerman yang dilakukannya pada tahun 1884. Ia menemukan sebuah alat yang kemudian disebut sebagai Jantra Nipkow atau Nipkow Sheibe. Penemuannya tersebut melahirkan electrische teleskop atau televisi elektris. (Muda, 2008 : 4).


Bila mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), maka televisi diartikan sebagai sistem penyiaran gambar yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar (https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/televisi). Televisi sampai saat ini masih menjadi salah satu media komunikasi yang paling banyak diakses masyarakat. Bahkan “kotak ajaib” ini sudah menjadi kebutuhan primer. Televisi masih punya pengaruh paling luas, meski akhir akhir ini semakin “tersaingi” oleh media online dan media sosial yang memanfaatkan medium internet. 


Namun, Sebagai media yang paling banyak diakses, televisi juga memiliki keterbatasan, sebagaimana media cetak dan juga radio juga memiliki kelebihan dan keterbatasan masing-masing. Televisi dan radio dapat dikelompokkan sebagai media yang menguasai ruang tetapi tidak menguasai waktu, sementara media cetak menguasai waktu tetapi tidak menguasai ruang. Artinya, siaran dari suatu media televisi atau radio dapat diterima dimana saja dalam jangkauan pancarannya (menguasai ruang) tetapi siarannya tidak dapat dilihat kembali (tidak menguasai waktu). Media cetak untuk sampai kepada pembacanya memerlukan waktu (tidak menguasai ruang) tetapi dapat dibaca kapan saja dan dapat diulang-ulang (menguasi waktu). 


Pesawat televisi pertama yang bisa dipakai umum kali pertama di Inggris pada 1923 dan di Amerika Serikat pada 1938. Setelah perang dunia II selesai, peningkatan teknologi dan masyarakat yang semakin sejahtera membuat permintaan televisi meningkat. Pesawat televisi yang terjual mencapai satu juta unit. Di Amerika Serikat, pada awalnya didirikan enam stasiun televisi dan masing-masing hanya melakukan siaran beberapa jam setiap harinya. Menjelang tahun 1948,  34 stasiun mengudara sepanjang hari di 21 kota besar. Sekitar akhir 1950-an jaringan televisi nasional didirikan dihampir setiap negara industri. Ketika abad ke -20 hampir berakhir, televisi memasuki galaksi digital dengan munculnya televisi digital-televisi yang dipancarkan dalam bentuk digital (berbasis komputer). Dengan semakin bertambah banyaknya televisi kabel pada 1960-an dan layanan satelit siaran pancaran langsung (DBS) pada 1990-an, semakin banyak tersedia saluran dan jenis siaaran di seluruh dunia. (Halim, 2013 : 59)


Di Indonesia, kehadiran media televisi mulai dipikirkan setelah Indonesia terpilih menjadi tuan rumah penyelenggaraan Asian Games IV yang dibuka pada 24 Agustus 1962. Pada 1961, menteri penerangan pada masa itu, R. Maladi sebagai penggagas utama berharap agar kehadiran media televisi di pesta olahraga itu dapat dipergunakan sebagai langkah awal dari pembangunan media televisi nasional. Usulan itu didukung Presiden Sukarno yang memutuskan untuk memasukkannya dalam proyek pembangunan sarana Asian Games IV dibawah pimpinan Letnan Jendral TNI Suprayogi. Keputusan itu diwujudkan melalui surat keputusan Menteri Penerangan No 20/SKM/1961 tentang pembentukan Panitia Persiapan Televisi (P2T) pada 25 Juli 1961. 


Setelah stasiun dan pemancar televisi selesai dibangun pada 22 Agustus 1962, media televisi yang disebut sebagai Televisi Republik Indonesia (TVRI) melakukan tugasnya untuk menyiarkan Asian Games IV dari 24 Agustus sampai 4 September 1962. Pada saat itu, siaran yang dilakukan terbatas hanya untuk kota Jakarta Raya dan sekitarnya. Kepres No. 318/1962 tentang pengintegarasian TVRI kedalam yayasan Gelora Bung Karno menjadi langkah awal TVRI sebagai media televisi nasional. Studio -1 TVRI diresmikan pada 11 Oktober 1962 dengan Sus Salamun sebagai penyiar perempuan pertama “on air”.  (Halim, 2013 : 59-60)


Pada gilirannya, televisi menjadi media yang sangat ampuh dalam penyebaran inforrmasi dan mempengaruhi khalayak. Siaran televisi yang kini bisa disaksikan nonstop, dengan aneka ragam program, baik hiburan maupun juga berita, menjadikan media ini menjadi sarana penyebaran budaya yang paling diperhitungkan. Televisi mampu membuat dan membentuk cara berfikir dan bersikap setiap orang yang menontonnya. Tak heran, Burton (2000 : 1) menyebut televisi merupakan sesuatu yang membentuk cara berfikir kita tentang dunia. Lebih jauh lagi, Burton juga menyebut, Televisi pada hakikatnya adalah sebuah fenomena kultural, sekaligus medium dimana sepenggal aktivitas budaya menjamah kita didalam rumah. 


Sebagai media audio visual, televisi menyediakan program siaran yang ditonton oleh khalayak. Karena itu, program atau acara televisi menjadi sesuatu yang sangat penting. Keberhasilan media televisi dalam mendapatkan keuntungan tergantung dari bagaimana media televisi tersebut mampu menghasilkan program yang menarik buat penonton. Program yang ditonton oleh banyak orang tentu akan membuat pemasang iklan mau memasangkan iklannya. Dari iklan tersebut televisi mampu menghasilkan pendapatan untuk menjalankan operasionalisasi media televise. 


Bagaimanapun, media televisi adalah industry yang padat modal dan padat karya. Disebut padat modal karena bisnis media ini membutuhkan banyak modal untuk bisa menjalankan operasionalnya. Dari mulai pembelian alat berteknologi canggih yang berharga mahal, pengadaan studio yang juga menggunakan teknologi terkini, dan peralatan teknis lainnya. Disebut padat karya, karena media ini membutuhkan banyak sumber daya manusia untuk menjalankannya. Banyak orang yang terlibat dalam membuat satu episode program. Jika televisi menyediakan program siaran 24 jam, maka bisa dibayangkan berapa banyak tenaga manusia yang terlibat di dalamnya. 


Kata program berasal dari Bahasa inggris, programme atau program, yang berarti acara atau rencana. Undang Undang Penyiaran No 32 tahun 2002 tidak menggunakan kata program untuk acara, tetapi menggunakan istilah “siaran”, yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Dengan begitu, mengutip Morissan (2013 : 210), program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiensnya. 


Sebelum membahas tentang bagian atau departemen apa saja yang terlibat dalam pembuatan program televisi, ada baiknya kita memahami dulu pembagian atau jenis program yang ada di televisi. Berbagai jenis program dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yakni program hiburan (entertainment) dan program informasi (berita). 


Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audiens dalam bentuk musik, lagu, cerita dan permainan. Program yang termasuk dalam kategori hiburan adalah drama, permainan (game), music dan pertunjukkan (Morissan, 2013 : 223). Sedangkan program pemberitaan atau informasi adalah program yang memberikan informasi untuk memenuhi rasa ingin tahu penonton terhadap suatu hal. program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannnya untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada audien. (Morissan, 2013 : 218).


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Psikologi Komunikasi

Metode Penelitian

Etika Dalam Komunikasi